AMBON,AT-Upaya keluarga Abdullah Tuasikal mempertahakan dinasti politiknya di Maluku Tengah akhirnya gagal. Sang istri, Mirati Dewaningsih yang diharapkan bisa melanjutkan kekuasaan, justru kalah telak dalam Pilkada 2024.
Sejak dua dekade terakhir, kepemimpinan di Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), Provinsi Maluku, selalu dipegang oleh satu keluarga. Dinasti Tuasikal, begitulah yang sering disebut dan menjadi rahasia umum publik Maluku, tentang penguasa Maluku Tengah selama 20 tahun terakhir.
Abdullah Tuasikal atau AT menjabat Bupati Maluku Tengah selama dua periode, dari 2002 hingga 2012. Setelah berakhir pada 2012, kepemimpinan Maluku Tengah kembali dipegang oleh kakak kandungnya, yakni Tuasikal Abua (TA).
Mengikuti jejak AT, Abua juga memimpin Maluku Tengah selama dua periode, sejak 2012 hingga 2022 atau 10 tahun. Tak yang kursu kepala daerah, keluarga Tuasikal juga mempertahankan kekuatan di legislatif.
Saat Abdullah Tuasikal masih memimpin Malteng periode pertama, istrinya, Mirati Dewaningsih ikut Pemilu dan terpilih sebagai anggota DPD RI Dapil Maluku periode 2004-2009. Lewat pengaruh suaminya di periode kedua, Mirati juga terpilih menjadi anggota DPR RI Dapil Maluku periode 2009-2019 dari PKB.
Dinas politik Tuasikal turun ke anaknya, Amri Amrullah Tuasikal yang melenggang ke Senayan sebagai anggota DPR RI periode 2014-2019 lewat Partai Gerindra. Sementara ibunya, Mirati dan sang ayah kembali lolos jadi anggota DPD dan anggota DPR RI periode 2019-2024.
Namun, setelah Abua turun tahta, kekuatan dinasti Tuasikal mulai melemah, menyusul hasil kurang memuaskan yang didapat AT di Pileg 2024 Februari lalu. AT yang bertarung mendapatkan satu kursi untuk kedua kalinya di Senayan harus gagal.
Sedangkan istrinya Mirati keluar sebagai pemenang kursi terakhir DPD RI Dapil Maluku. Berhasilnya Mirati mrempetahankan kursi senator untuk tiga kali periode, sepertinya belum memenuhi ekspektasi keluarga Tuasikal. Perempuan 60 tahun yang lahir di Yogyakarta, itu khirnya mundur dan bertarung di Pemilihan Bupati (Pilgub) Maluku Tengah 27 November 2024 lalu.
Maju sebagai calon bupati berpasangan dengan Daniel Nirahua, nasib mujur di Pileg ternyata berbanding terbalik sekaligus menjadi penutup lembar cerita dinasti Tuasikal di Maluku Tengah. Mirati kalah telak dari pasangan calon Bupati-Wakil Bupati Zulkarnain Awat Amir-Mario Lawalata.
Terkait hal tersebut, pengamat politik asal Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Said Latuconsina, kepada Ambon Ekspres, Selasa (3/12) kemarin mengaku, kekalahan dinasti Tuasikal adalah sebuah keinginan dari mayoritas masyarakat Maluku Tengah.
Ia menjelaskan, kurang lebih dua tahun terjadi transisi politik di kabupaten Maluku Tengah, yang di mana kursi bupati diduduki oleh para Penjabat (Pj) Kepala Daerah. Situasi ini berdampak pada tangan-tangan kekuasaan AT yang bergeser serta tidak kuat seperti dahulu kala.
"Harus diakui hal itulah yang menjadi salah satu kelemahan. Perilaku politik masyarakat juga sudah mengalami kejenuhan dengan rezim tersebut yang selama 20 tahun terakhir berkuasa," katanya.
Hal tersebut, lanjutnya, diperparah dengan masa transisi yang hampir dua tahun tidak ada bupati definitif. Kekosongan itu yang menyebabkan mulai terjadi pergeseran basis dukungan.
"Seperti relawan AT Comunity, yang dahulu cukup masif menguasai desa-desa atau lumbung suara di Maluku Tengah, kelihatannya sudah sangat lemah," paparnya.
Menurut Said, logistik juga menjadi salah satu hal faktor dinasti Tuasikal tumbang di Pilkada 2024.
"Kita tahu bahwa Pileg lalu cukup menguras energi," ujarnya.
"Di mana saat Pileg lalu AT tidak terpilih dan hanya isterinya. Dan itu juga sangat mempengaruhi peta dukungan basis mereka di Maluku Tengah," sambungnya.
Ia menjelaskan, jika merujuk hasil Pilkada Maluku Tengah 2024, kekuatan dinasti Tuasikal kian melemah. Pasangan Mirati-Daniel hanya menang di Pulau Haruku.
Mestinya, Tuasikal mempersiapkan regenerasi. Misalnya, anaknya yang pernah menjadi anggota DPR RI, bisa didorong maju dalam Pilkada tahun ini.
"Tapi faktanya tidak ada putra mahkota yang disiapkan," jelasnya.
Dalam teori marketing politik, jelas Said, publik atau pemilih khususnya punya rasa jenuh terbadap figur-figur politik lama. Jika Tuasikal sendiri atau istrinya yang kembali bertarung dalam Pemilu dan Pilkada lima tahun mendatang, dinasti politiknya akan sulit berjaya lagi.
Apalagi, aaat Pilkada Maluku Tengah, masing-masing pasangan calon mengandalkan isu etnisitas. Ibrahim Ruhunussa dengan Jazira, Zulkarnain dengan Seram..
Hanya Mirati-Daniel punya ceruk pemilih yang sama yakni di Pulau Haruku. Mestinya harus dikombinasikan.
"Buktinya saat pemilihan, Mirati-Daniel hanya menang di Pulau Haruku, itu juga menang tipis. Makanya kalau mau kembalikan masa jaya dinasti Tuasikal di 2029-2030 sudah agak susah," demikian Lestaluhu. (Nal)
Dapatkan sekarang