AMBON,AT-Kericuhan terjadi dalam rapat pleno rekapitulasi perolehan suara Pemilu 2024 di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT). Sementara dua kelompok massa di Masohi, Kabupaten Maluku Tengah saling serang diduga akibat perselisihan suara para kandidat mereka.
Informasi yang diperoleh Ambon Ekspres, keributan terjadi saat rekapitulasi suara untuk calon anggota DPD RI di KPU SBT di Bula, Selasa (12/3) sekira pukul 18.00 WIT. Seorang saksi mengajukan protes, karena ada dugaan penggelembungan suara untuk calon anggota DPD RI tertentu.
Saksi ini tidak terima, karena tidak diberi kesempatan oleh KPU SBT untuk berbicara. Sikap Ketua KPU SBT, Kisman Kilian memantik emosinya, saksi ini lantas berdiri, dan terjadi kericuhan dalam ruang rapat pleno.
Beruntung saksi yang belum diketahui namanya ini, dihadang oleh saksi lainnya, dan aparat kepolisian. Dia tetap ngotot mengajukan protes atas sikap ketua KPU SBT yang tidak memberi kesempatannya untuk berbicara.
"Jangan tahan dia. Biarkan dia, dia kan mengajukan protes," ungkap saksi lainnya yang merekam video tersebut.
Namun sejumlah orang tetap menghadangnya, hingga keluar Kantor KPU SBT.
Informasi lain menyebutkan, keributan terjadi saat rapat penetapan hasil rekapitulasi suara Kecamatan Bula. Puluhan orang yang sejak dari awal memantau proses pleno itu memprotes dengan hasil yang ditetapkan penyelenggara.
Terlihat sejumlah orang terlibat adu mulut di depan kantor KPU SBT. Aparat keamanan yang sedang mengawal, mencoba untuk melerai sejumlah orang yang merupakan pendukung salah satu calon anggota legislatif.
"Kamong (kalian) kira kerja begitu bagus ya?," teriak seorang warga di depan kantor KPU dalam video pendek saling cekcok yang diterima media ini.
Diketahui keributan tersebut terjadi di halaman kantor KPU setempat. Dengan kejadian itu, rapat pleno pun kemudian diskorsing untuk sementara.
Sementara, Subseksi Penerangan Masyarakat (Kasubsi Penmas) Polres SBT, Bripka Suwardin Sobo saat dikonfirmasi media ini membenarkan kejadian tersebut.
"Iya, tadi sekitar jam 6.00 (sore), tapi saat ini situasi sudah aman," kata dia, singkat.
Pendukung Caleg Ngamuk
Sementara itu, aksi saling serang terjadi di luar Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Maluku Tengah, di Masohi saat dilakukan rapat pleno perolehan suara Pemilu 2024, Selasa (12/3).
Dari pantauan Ambon Ekspres, kedua kelompok massa itu saling serang tepat di Jalan R. A. Kartini Kota Masohi. Mereka ada yang menggunakan batu, tapi tidak membawa senjata tajam.
Saling kejar, hingga lempar batu mewarnai aksi tersebut. Aksi tersebut serempak dikerumuni massa, yang sejak awal memantau proses rekapitulasi di KPU Malteng.
Aparat keamanan yang sejak digelar Pemilu 2024 sudah menjaga kantor KPU Malteng ini bertindak cepat untuk melerai dua kelompok massa yang saling serang. Belum diketahui, motif saling serang antar dua kelompok ini, atau ada terkait dengan pleno rekapitulasi perolehan suara belum diketahui.
"Kurang tahu juga, tiba-tiba sudah ramai, dan kita tidak tahu masalahnya," kata Aswan, salah satu warga Kota Masohi.
Pascakericuhan di depan kantor KPU Maluku Tengah, sekelompok warga Negeri Amahai memalang jalan lintas seram menggunakan pohon dan batu, membuat sejumlah warga dan kendaraan yang hendak melalui jalur tersebut harus terpaksa berhenti.
Lantas menyebabkan kemacetan panjang di seputaran kawasan Namano, Negeri Amahai itu. Warga yang hendak melewati jalur tersebut harus rela turun dari kendaraan yang ditumpangi, lalu menaiki kendaraan di seberang jalur (transit).
Bukan hanya jalan lintas seram, namun jalur alternatif yang sering digunakan oleh para pengendara ikut diblokir warga Amahai.
Diduga kericuhan tersebut diakibatkan dua kelompok massa yang merupakan simpatisan dari dua calon anggota DPRD Maluku Tengah Dapil satu asal Partai Demokrat, yang mempermasalahkan perolehan suara tiap caleg.
"Kami harus lakukan pindah penumpang, baru bisa melewati jalur tersebut," ucap Sahril, sopir angkutan kota kepada Ambon Ekspres melalui telepon seluler.
Menurutnya, warga yang melewati jalur tersebut juga merasa khawatir, karena sejumlah massa yang berdiri dan memegang parang, meskipun ada sejumlah polisi di lokasi.
"Takut juga, lewat lalu lihat mereka pegang parang," katanya.
Hingga kini belum ada keterangan resmi dari Polres dan KPU Malteng terkait insiden yang melibatkan kelompok kedua massa itu. (Ju/Jen)
Dapatkan sekarang