FaizalLestaluhu
31 Mar 2023 19:58 WIT

PELNI Cabang Nalmea Harus Bertanggung Jawab

Umasugi : Polres Buru Harus Terbuka

AMBON, AT-Ahli kimia Universitas Pattimura, Profesor Yusthinus Thobias Male menduga ribuan ikan yang mati di Pelabuhan Namle, Buru akibat terkontaminasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). PT Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) Cabang Namlea harus bertanggung jika hasil uji laboratorium menunjukkan adanya pencemaran B3.

Prof Male bersama tim melakukan melakukan penelitian terhadap sejumlah sampel ikan yang mati pasca sebuah kontainer jatuh ke laut di Pelabuhan Namlea, Selasa (28/3) lalu. Hasil sementara, ikan-ikan tersebut mati diduga karena terkontaminasi B3.

"Kalau dari indkasi awal itu ada B3. Untuk membuktikan itu perlu hasil analisis laboratorium," kata Male kepada wartawan di Namlea, Kamis (30/3) usai mengamati sampel ikan.

Menurut Guru Besar bidang kimia anorganik, itu zat kapur tidak akan berpengaruh terhadap air laut. Setelah mengamati secara saksama tubuh ikan yang mati, ia berkesimpulan hal itu disebabkan adanya Sianida (CN) di dalam tubuh ikan-ikan tersebut.

"Kapur itu panas tapi cepat dinetralisir karena ini lautan. Kecuali kapur satu gunung kita tumpahkan mendidih. Tapi sampai kalau ikan mati, indikasi awal ikan itu sulit bernafas ditunjukan dengan ingsannya yang pucat dan warnanya sedikit pudar karena kontaminasi dengan zat kimia. Yang punya ciri-ciri itu hanya Sianida (Cianida),"jelas Male yang telah meneliti dan mengeluarkan sejumlah publikasi ilmiah tentang pencemaran lingkungan oleh Merkuri di kawasan tambang Gunung Botak dan Teluk Kayeli, Namlea.

Peristiwa ini, lanjut Male, harus menjadi pelajaran bagi semua pihak agar berhati-hati dalam pengunaan B3. Sebab aktivitas pertambangan di Gunung Botak sudah berlangsung selama 12 tahun yang tak lepas penggunaan B3.

"Ini awal yang baik. Awal yang baik maksudanya untuk meningkatkan kesadaran kita semua akan hal yang sudah jadi selama 12 tahun lebih ini, supaya kita semua sadar bahwa cepat atau lambat Sianida pengaruhnya cepat hilang, tapi merkuri meracuni generasi dan membuat penduduk di pulau ini bisa musnah," pungkasnya.

SOROTO PELNI

Anggota DPRD Maluku daerah pemilihan Kabupaten Buru dan Buru Selatan, Ikram Umasugi mendesak 
pihak terkait untuk mengungkap  pemilik kontainer diduga berisi B3 yang jatuh ke laut di pelabuhan Namlea. Jika terbukti ada bahan kimia, PT. PELNI Namlea dan pemilik barang harus bertanggung jawab.

Politisi PKB ini curiga, PT. PELNI sengaja meloloskan kontainer tersebut karena sudah mengecek secara jelas di manifes terkait setiap muatan. 

"Dalam hal ini para pihak harus bertanggung jawab. Yang pertama kalau itu benar kontainer yang diduga isinya adalah cairan bahan berbahaya untuk apa (merkuri) sekian banyak dibawa ke Namlea dan siapa pemiliknya," tegas Ikram.

Dia menambahkan, perisitiwa ini tentu sangat merugikan masyarakat sekitar teluk Namlea yang dilarang memakan  ikan mati. Termasuk para nelayan yang juga waspada dan tidak melaut selama beberapa hari ke depan.

"Merkur ini bahan beracun yang berbahaya. Maka penanganan masalah yang dilakukan saat ini oleh pihak Polres Buru harus terbuka ke publik. Jangan ditutup-tutupi," tegasnya. 

Kepala PT. PELNI) Cabang Namlea,
Bas Rahman irit bicara saat dikonfirmasi Ambon Ekspres melalui telepon, Kamis (30/3). Bahkan tidak mau memberikan informasi terperinci soal pengirim maupun penerima kontainer tersebut.

"Pengiriman dari Makassar Sulawesi Selatan atas nama Fadly. Terkait isinya, kami belum bisa berkomentar karena masih menunggu hasil dari  pihak kepolisian" singkatnya. 

Sementara itu, Manager Operasional PT. Pelni Cabang Ambon, Muhammad Assagaff yang ditemui Ambon Ekspres, Kamis (30/3) diruang kerjanya mengatakan, kontainer yang jatuh dari KMP Doro Londa diangkut dari pelabuhan Makassar menuju pelabuhan Namlea. Meskipun Kapal tersebut melewati pelabuhan Yosudarso Ambon, namun Pelni Cabang Ambon tidak mengetahuinya karena tujuan pelabuhan pembongkaran di Pelni Cabang Namlea. 

Dengan demikian, kata dia, yang dapat melakukan pemeriksaan terhadap pengiriman barang di dalam kontainer tersebut adalah Polairud dan Kesatuan Pelaksanaan Pengamanan Pelabuhan (KPPP). 

" Kantor Cabang Pelni bukan hanya di Kota Ambon saja, tetapi banyak termasuk kantor Kesatuan Pelaksanaan Pengamanan Pelabuhan (KPPP) Cabang Pelni Namlea. Nah kejadian di Namlea. Kita hanya diberi tahu melalui berita terjadinya insiden putusnya tali sling, " jelasnya.

Dia mengaku, sesuai dengan instruksi dari PT PELNI Pusat  bahwa sehubungan dengan kejadian di Namlea, maka semua barang yang dikirim melalui kontainer tidak dapat diturunkan di Namlea. Pembongkaran harus dilakukan di pelabuhan Ambon. 

" Sekitar 6 kontainer yang dikirim dari pelabuhan Makassar menuju pelabuhan Namlea dengan menggunakan KMP Doro Londa akan dilakukan pembongkaran muatan di pelabuhan Yosudarso Ambon. Intinya kita tidak punya wewenang untuk menjelaskan hal tersebut, " katanya.

TUNGGU HASIL LAB

Kepala Urusan Hubungan Masyarakat (Paur Humas) Polres Pulau Buru, Aipda Djamaluddin mengatakan, sudah dilakukan pengambilan sampel dan masih menunggu hasilnya.

"Sampelnya sudah diambil kemarin usai dievakuasi. Sudah di bawah ke Ambon oleh dinas lingkungan hidup provinsi untuk uji laboratorium. Jadi, untuk hasilnya kami masih menunggu" kata, Djamaluddin kepada Ambon Ekspres, Kamis (30/3).

Djamaluddin tidak menjelaskan detil pemilik barang tersebut. Tapi dia memastikan akan terus melakukan penyelidikan. 

"Belum mengetahui siapa pemiliknya. Namun, saat ini penyidik sudah memanggil pihak terkait untuk dimintai keterangan. Saat ini kami fokusnya ke hasil uji labnya dulu" cetusnya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten, Buru Adjie Hentihu mengatakan, pihaknya bersama Dinas Lingkungan Hudup Provinsi telah melakukan investigasi pengujian sampel. Hasilnya belum diketahui.

"Untuk hasilnya saya belum bisa berkomentar, karena sudah diambil alih dinas lingkungan hidup provinsi, pihak kepolisian bersama pihak terkait. Jadi, kami belum mengetahui hasilnya seperti apa," singkatnya.

BAHAN BANGUNAN

Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditkrimsus) Polda Maluku memastikan, isi dua kontainer yang dibawa dari Namlae dan dibongkar di Pelabuhan Ambon adalah bahan bangunan.

"Itu bahan bangunan, karung, terpal dan slang," ujar Kasubdit IV/Tipitfer Ditkrimsus Polda Maluku, Kompol Zulkifli saat dikonfirmasi Ambon Ekspres, kemarin.

Penegasan Zulkifli sekaligus meluruskan informasi yang beredar jika kontainer di turunkan di pelabuhan Yosudaraso Ambon isinya bahan kimia B3 termasuk sianida.

"Pemeriksaan tadi. Pihak ekspedisi mebuka lalu kita cek isi itu, tapi satu lagi yang belum dibuka, tapi isinya juga sama itu," terang dia.

Kendati demikian, penyelidikan masih terus dilakukan, termasuk telah menyurati pihak Pelni.

" Kita masih cari ekspedisi satunya lagi. Kita sudah menyurati orang Pelni juga tapi nggak  ada di tempat makanya kita tunggu," beber dia.

Sementata informasi lain yang diperoleh media ini menyebut, ada tiga kontainer yang akan diturunkan di Pebuhan Yosudarso Ambon. Namun, kenyataan hanya dua kontainer yang turunkan. 

Satu kontainer yang tidak diturunkan diduga isinya bahan kimia. " Sebenarnya itu ada tiga (kontainer) yang harus diturunkan di pelabuhan Ambon, tapi hanya dua yang diturunkan. Satu kontainer yang tidak diturunkan itu juga diduga isinya sianida," sebut sumber media ini, terpisah.

Diberitakan sebelumnya, sebuah kontainer jatuh ke laut dalam proses bongkar muatan kapal KM. Doloronda di Pelabuhan Namlea Kabupaten Buru, Selasa (28/3) sekira pukul 16.30 WIT,  akibat sali sling terputus atau terlepas. Kontainer itu diduga berisi B3 seperti Sianida (Cn) untuk pengolahan tambang di Gunung Botak Pulau Buru.

Tak berselang lama jatuhnya kontainer, 
ratusan ikan di  sekitar pelabuhan mati mendadak. Diduga akibat kandungan B3  di dalam kontainer tersebut. (ERM/WHB/AKS/YS)

Dapatkan sekarang

Ambon Terkini, Ringan dan cepat
0 Disukai