AMBON,AT-Setelah diresmikan sebulan lalu, Pasar Mardika masih tetap sepi. Tidak ada pembeli. Jumlah pedagang pun hanya puluhan dari target ribuan.
Pasar tradisonal modern terbesar di Indonesia Timur itu dibangun sejak 2021, dengan skema Multi Years Contract (MYC) Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2021-2023. Tujuan bangunan empat lantai ini dibangun untuk mengembalikan fungsi pasar Mardika sebagai prasarana perdagangan dan perekonomian rakyat yang semakin semrawut selama bertahun-tahun.
Pekerjaan pembangunan dilakukan Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Maluku bersama dengan PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk sebagai penyedia jasa konstruksi dan PT Ciriajasa Cipta Mandiri sebagai penyedia jasa manajemen konstruksi.
Pasar tersebut, dibangun dengan dana APBN senilai Rp 134 miliar dikerjakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Setelah rampung pertengahan 2023, pasar yang mampu menampung 1.700 pedagang ini resmi diresmikan pada 18 April 2024 lalu.
Meski dilengkapi fasilitas lengkap, namun masih sedikit pedagang yang berjualan di dalam gedung pasar tersebut. Bahkan, jumlah tak lebih dari seratus.
Pantauan media ini, Senin (27/5), Pasar baru Mardika tampak sepi. Hampir semua kios masih terkunci, dan los tanpa pedagang dan gadangan.
Hanya terlihat beberapa pedagang yang berjualan. Mereka mengaku merugi akibat tidak ada pembeli.
"Kita sudah sebulan lebih berjualan di dalam gedung baru ini, tapi sampai sekarang tak ada satupun yang laku," terang salah seorang pedagang yang menolak namanya dipublikasikan.
Menurut dia, para pembeli lebih memilih berbelanja dari pedagang di luar gedung baru Pasar Mardika. Selama masih ada aktivitas berjualan di luar gedung, seperti di badan jalan, Terminal A1 dan A2, maka secara otomatis aktivitas jua beli di dalam pasar rakyat modern tidak akan maksimal.
"Kita di dalam gedung ini sangat prihatin. Kita sudah ikut arahan pemerintah tapi sampai saat ini tidak ada yang berbelanja,"paparnya.
Olehnya itu, jika ada yang menolak pembongkaran Pasar Apung karena alasannya banyak pedagang eks Gedung Putih yang belum dapat tempat, itu tidak benar alias bohong.
"Semua pedagang eks Gedung Putih di Pasar Apung sudah kosongkan tempat mereka dan masuk gedung. Jadi kami harap agar Pasar Apung dibongkar saja. Kalau ada yang mengatasnamakan pedagang eks Gedung Putih di Pasar Apung untuk halangi pembongkaran, itu bukan kami melainkan oknum tertentu," jelasnya.
Bahkan, lanjut dia, dari hasil koordinasi bersama pedagang eks Gedung Putih di kios trotoar Pantai Losari, mereka juga sudah siap masuk ke pasar baru apabila tidak ada aktivitas berdagang di badan jalan, dan terminal.
"Pemerintah menunda pembongkaran karena ada yang bilang bahwa itu semua yang di Pasar Apung adalah pedagang eks Gedung Putih. Memang benar, tapi kita semua sudah keluar dan masuk gedung baru, makanya kami harap bongkar saja supaya jangan ada yang cari untung di Pasar Apung," pintanya.
Bagi mereka, pasar baru Mardika merupakan tempat nyaman. Karena itu, pemerintah harus tegas agar semua pedagang masuk berjualan di dalam gedung pasar.
"Jangan hanya karena hasutan kelompok tertentu, pemerintah dianggap lemah. Pemerintah harus atur. Jangan mau diatur oleh kepentingan kelompok tertentu," utupnya.(Nal)
Dapatkan sekarang