Golkar Maluku di Persimpangan, Mengembalikan Marwah Partai atau Pertahankan Status Quo
Elia Ronny Sianressy.
FaizalLestaluhu
07 Oct 2025 23:29 WIT

Golkar Maluku di Persimpangan, Mengembalikan Marwah Partai atau Pertahankan Status Quo

AMBON,AT–Di tengah dinamika internal yang terus bergulir, Partai Golkar di Maluku kini berada di titik balik sejarahnya. Partai yang pernah berjaya di era Orde Baru hingga awal reformasi itu menghadapi ujian besar, antara mempertahankan pola lama yang dianggap stagnan, atau berani melakukan pembaruan di bawah kepemimpinan generasi baru.

Wacana perubahan itu mencuat dari kalangan kader muda partai, salah satunya Elia Ronny Sianressy, yang menilai Golkar perlu kembali pada semangat awal pendiriannya mengabdi untuk rakyat dan menjaga marwah partai.

“Golkar sejak awal bukan sekadar partai politik, tetapi gerakan kebangsaan yang menempatkan kepentingan rakyat dan negara di atas kepentingan pribadi atau kelompok,” kata Rony dalam refleksinya berjudul Mengembalikan Marwah Partai atau Intrik Kaum Status Quo, yang diterima redaksi, Senin (7/10).

Sianressy mengingatkan, semangat kebangsaan Golkar berakar dari pendirian Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar) pada 1959. Organisasi yang digagas oleh sejumlah jenderal TNI dan kalangan profesional itu lahir untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia di tengah derasnya arus ideologi pada masa pasca-Pemilu 1955.

“Golkar sejak awal bukan hasil kompromi ideologi, tetapi panggilan pengabdian,” tulisnya.

Setelah reformasi, lanjut Sianressy, banyak pihak memprediksi Golkar akan kehilangan pengaruh. Namun di bawah kepemimpinan Akbar Tandjung, partai ini justru bertransformasi menjadi kekuatan modern dengan mengusung Paradigma Baru.

“Transformasi itu membuktikan bahwa Golkar mampu beradaptasi di setiap zaman,” sahut Rony.

Menurut Sianressy, perjalanan Partai Golkar di Maluku pernah berada di puncak kejayaan. Sejumlah nama besar seperti Ruswan Latuconsina, Zeth Sahuburua, Richard Louhenapessy, hingga Fatany Sohilauw pernah menakhodai kursi Ketua DPRD Maluku.

Kala itu, Golkar bukan sekadar mesin politik, melainkan rumah besar bagi pemimpin daerah yang mengabdi kepada rakyat. Dikarenakan kadernya solid, loyal, dan menjadi tulang punggung pemerintahan daerah.

Namun, dalam lima tahun terakhir, Sianressy menilai arah politik Golkar di Maluku kian kabur. Komunikasi organisasi melemah, konsolidasi terhambat, dan kedekatan dengan akar rumput mulai terputus. Bahkan Golkar seperti mati suri, hidup segan, mati tak mau.

Penurunan perolehan suara di DPRD Maluku menjadi alarm serius. Posisi Golkar yang dulu dominan kini tergeser oleh partai-partai baru. 

“Ini bukan sekadar kekalahan politik, tetapi krisis kepercayaan,” tulisnya menegaskan.

Dalam pandangan Sianressy, munculnya sosok Rohalim Boy Sangaji (RBS) memberi angin segar di tubuh partai beringin. Ia menilai RBS sebagai figur muda yang mampu menjadi simbol pembaruan dan penyatuan berbagai faksi internal Golkar Maluku.

“RBS bukan sekadar figur, tetapi gerakan kesadaran baru di tubuh partai,” ujarnya. 

RBS, dikenal memiliki rekam jejak kepemimpinan yang bersih, dekat dengan kader di akar rumput, serta memiliki kemampuan merangkul perbedaan pandangan di internal partai.

ANTARA PEMBARUAN DAN STATUS QUO

Momentum Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Maluku disebut menjadi ajang penting menentukan arah partai ke depan. Bagi Sianressy, forum itu bukan hanya soal memilih ketua, tetapi soal menentukan masa depan partai di bumi Maluku.

“Apakah kita akan terus membiarkan partai dikendalikan oleh segelintir orang yang sibuk mempertahankan status quo dan menyingkirkan kader potensial?” tanyanya retoris.

Sianressy menyerukan agar seluruh DPD II Partai Golkar se-Maluku berani memilih perubahan dan menolak politik kepentingan jangka pendek.

“Kini bukan saatnya ragu, bukan waktunya bermain aman. Ini adalah panggilan sejarah untuk menyelamatkan dan membangkitkan kembali beringin tua agar kembali rindang menaungi rakyat,” ujarnya menekankan.

PELUANG KEBANGKITAN
 
Kebangkitan Golkar di Maluku bergantung pada kemauan kader untuk berbenah dan bersatu. Karena Golkar tidak sekadar bertahan, tetapi harus kembali memimpin.

Semua Kader beringin harus rapatkan barisan, satukan tekad dan langkah. 

"Bangkitkan kembali militansi kader di seluruh penjuru Maluku demi kejayaan Golkar ke depan," ungkapnya. (Wahab)

Dapatkan sekarang

Ambon Terkini, Ringan dan cepat
0 Disukai