AMBON,AT-Umat Hindu di Kota Ambon menggelar pawai ogoh-ogoh, yang melewati sejumlah jalur jalan di Kota Ambon, kemarin.
Pawai ogoh-ogoh dimulai dari jalan Slamet Riyadi tepatnya di depan gong perdamaian dunia. kemudian menuju jalan Pattimura, jalan Jenderal Ahmad Yani, jalan Diponegoro, jalan Dr Latumeten, hingga berbelok kawasan Polresta Ambon, dan berlanjut ke jalan Sultan Babullah, jalan AY Patty dan kembali finish di depan gong perdamaian dunia.
Diketahui, pawai ogoh-ogoh dilaksanakan satu hari sebelum Hari Raya Nyepi dan merupakan bagian dari rangkaian ritual Bhuta Yadnya, yaitu upacara untuk menghalau kehadiran Bhuta Kala yang merupakan gambaran dari unsur-unsur negatif dalam kehidupan manusia.
Dalam kebudayaan Bali, ogoh-ogoh merupakan boneka atau patung yang memiliki berbagai bentuk dan merupakan simbol dari unsur negatif, kejahatan, dan segala keburukan dalam kehidupan manusia.
Setelah diarak, ogoh-ogoh akan dibakar oleh masyarakat sebagai simbol untuk menghalau kejahatan.
Hal itu memiliki arti bahwa sifat-sifat jahat di dunia dapat sirna dan manusia bisa terhindar dari kehancuran.
Pawai tersebut mulai menjadi rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi sejak hari suci umat Hindu tersebut ditetapkan menjadi libur nasional pada 1983.
Ogoh-ogoh termasuk dalam kesenian yang telah dikenal sejak ratusan tahun lalu pada zaman Dalem Balingkang dan semakin populer dikalangan masyarakat Indonesia saat dijadikan lomba pada Pesta Kesenian Bali 1990.
Kata ogoh-ogoh berasal dari sebutan ogah-ogah dalam bahasa Bali yang memiliki arti digoyang-goyangkan.
Meski pada dasarnya merupakan patung penggambaran Bhuta Kala, wujud ogoh-ogoh dapat ditafsirkan secara bebas.
Biasanya, pawai ogoh-ogoh di Bali menampilkan perwujudan raksasa perkasa hingga raksasa setengah binatang.
Selain itu, seiring berjalannya waktu, wujud ogoh-ogoh semakin beragam dengan ada yang berwujud para dewa hingga berkembang pada bentuk tokoh-tokoh modern.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Maluku, Doktor I Wayan Sutapa, mengatakan, ada sejumlah rangkaian perayaan Nyepi di Ambon, yaitu pecaruan atau tawur agung. Kemudian diikuti pawai ogoh-ogoh adalah suatu prosesi membersihkan buane agung atau bumi ini dari segala kotoran.
“Kita berharap terjadi keseimbangan kembali bumi yang kita tempati ini untuk kehidupan yang lebih baik. Dan pawai ogoh-ogoh ini untuk membersihkan kota Ambon dari unsur-unsur negatif," katanya kepada Ambon Ekspres, usai kegiatan.
Dijelaskan, dengan adanya pawai ogoh-ogoh dan pencaruan ini, umat muslim khususnya di Ambon, bisa menjalankan ibadah puasa dengan lancar. Karena tinggal dua hari lagi basudara muslim memasuki bulan suci ramadan.
“Kami ingin mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa dan semoga dengan pembersihan alam ini, kepada basudara muslim bisa menjalankan ibadah puasa dengan baik dan semua berjalan dengan lancar,” tuturnya. (LMS)
Dapatkan sekarang