AMBON, AT.- Berkompetisi di pasar musik Indonesia bagi musisi dan penyanyi Maluku tentu saja menjadi hal yang sulit jika hanya memproduksi karya yang berciri khas daerah. Perlu ada terobosan untuk membuat lagu pop Indonesia agar bisa bersaing di kancah nasional.
Hal ini disampaikan musisi senior Maluku, Cliff Leiwakabessy saat menjadi narasumber bersama penyanyi Nurul Toisuta di program Bastori Musik di Radio Ameks FM, Jumat (17/2).
Menurut Cliff, di era digital ini, musisi dan penyanyi Maluku lebih mudah memproduksi sebuah karya. Namun, agar bisa berkompetisi di kancah permusikan nasional, mereka harus lebih banyak memproduksi lagu pop Indonesia, ketimbang hanya lagu daerah.
“ Ya hanya itu. Kalau kita mau bersaing di pasar musik Indonesia, kita tidak bisa mempertahankan zona nyaman, tetapi lebih dari itu adalah bagaimana memproduksi musik dan lagu pop Indonesia, “ kata Cliff.
Menyikapi perkembangan musisi dan penyanyi Kota Ambon, Cliff meminta agar kemampuan musisi dan penyanyi seyogianya dapat diasah lagi. Betapa tidak, hingga saat ini para seniman Kota berjuluk Manise itu hanya menyajikan lagu – lagu khas daerah atau jarang membuat lagu pop Indonesia
Padahal, kata dia, untuk menembus pasar musik Indonesia, musisi dan penyanyi harus meningkatan kapasitas untuk terus berkarya dan keluar dari zona nyaman sehingga mampu bersaing dengan musisi dan penyanyi lainnya di Indonesia.
" Semua itu berpulang dari genre atau bagaimana caranya belajar dan mengasah kemampuan untuk mampu bersaing di pasar musik Indonesia, “ ujarnya.
Dia menilai, membuat lagu dengan bahasa Indonesia jauh lebih mudah jika dibandingkan dengan bahasa daerah. Contohnya, dari sisi penggunaan kata "beta"hanya mengandung satu arti, sedangkan kata saya dan aku mengandung dua arti.
Musisi yang pernah mewakili Indonesia ke beberapa negara ini berharap kedepannya para musisi dan penyanyi Ambon harus berpikir yang matang serta lebih peka untuk mencari referensi tentang bagaimana cara memainkan musik dan mengkopi lagu Indonesia yang baik agar mampu berkompetisi di era digital.
Ia juga berharap Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kota Ambon untuk dapat menyisipkan sebagian anggaran untuk pengembangan di bidang ekonomi kreatif seperti, lebih khusus bidang musik. Sebab meski ada organisasi
Persatuan Artis Penyanyi Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI) tapi belum bisa mengakomodasi kepentingan pelaku musik, terutama dari sisi penghasilan.
“ Iya seperti ini kenyataannya. Mau dijelaskan juga sulit. Tapi inilah kenyataan, kami tidak berharap banyak kepada pemerintah sehingga banyak musisi pun harus berjuang sendiri untuk mengembangkan bakat dan minat untuk berkompetisi di pasar musik di Indonesia, “ imbuhnya.
Sementara itu, Nurul Toisuta penyanyi asal Maluku mengatakan, dua tahun lalu saat pandemi Covid -19, banyak sekali kegiatan musik baik kelompok maupun perorangan yang harus dibatalkan. Kala itu fokus pemerintah adalah memutus mata rantai penyebaran Corona dengan melarang setiap aktivitas yang memantik kerumunan masyarakat.
“ Di saat itu musisi dan penyanyi lebih memilih untuk live streaming untuk menjual hasil produksinya, “ kata Nurul.
Menurut dia, dengan berlalunya pandemi Covid-19, selain dirinya, banyak sekali penyanyi dan musisi mendapatkan peluang untuk mengimplementasikan karya dan hal tersebut tentunya dapat memberikan dampak ekonomi meskipun jauh dari harapan.
Penyanyi cantik ini mengaku, lagu – lagu yang di produksinya lebih banyak berciri khas Timur Tengah. Lagu tersebut diakuinya hanya digemari dan diminati di saat tertentu seperti perlombaan seni kasidah dan festival Ramadan.
" Jadi setelah festival atau momen – momen tersebut berlalu, lagu – lagu berciri khas Timur Tengah ini tidak diminati lagi, “ akui Nurul.
Dia menilai, menyanyikan lagu - lagu bahasa Arab sedikit sulit jika dibandingkan dengan lagu -lagu Indonesia. Hal tersebut dikarenakan cengkok – cengkok pada lagunya sedikit sulit.
“ Kalau lagu – lagu arab agak sulit untuk dinyanyikan karena cengkoknya juga yang agak sulit untuk dipelajari. Begitupun dengan pengucapan lagu yang salah tentunya akan mengandung arti yang berbeda pula, “ pungkasnya. (AKS)
Dapatkan sekarang