AMBON,AT.—Tular Nalar, program yang didedikasikan untuk memajukan literasi digital dan berpikir kritis, menggelar kelas Sekolah Kebangsaan dan Akademi Digital Lansia secara bersamaan di 16 wilayah (Aceh, Medan, Bengkulu, Bandung, Purworejo, Magelang, Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, Kalimantan Utara, Banjarmasin, Makassar, Manado, Lombok Utara, Maluku, Jayapura) pada tanggal 19-20 September.
Program yang diinisiasi oleh MAFINDO dan didukung oleh Google.org, dengan Love Frankie sebagai mitra pelaksana ini bertujuan untuk memberdayakan pemilih pemula, pra lansia, dan lansia di seluruh Indonesia.
Sistem pendidikan konvensional kurang menyediakan pembekalan yang cukup bagi pada pelajar, utamanya sebagai first-time voters dengan skill yang diperlukan untuk mengarungi dunia digital secara efektif, apalagi menjelang tahun politik 2024.
Tular Nalar, sebagai program yang berakar kuat pada prinsip-prinsip demokrasi, maju memberikan solusi dan mengisi kekosongan tersebut dengan metode pendekatan prebunking atau pengideraan, yang secara proaktif menjadi vaksin untuk memperlambat penyebaran konten dan berita hoaks pra-pemilu, ujaran kebencian, dan misinformasi yang bermuatan kacau isi, kacau emosi, dan kacau diri.
Di Ambon, Maluku, acara ini diselenggarakan di Student Center Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unversitas Pattimura Ambon, Selasa, 19 September 2023. Kurang lebih 120 mahasiswa dari seluruh program studi mengikuti Sekolah Kebangsaan yang dibuka oleh Wakil Dekan III FKIP Unpatti, Amjad Salong, dan disaksikan oleh Dekan FKIP Prof. Izaak H. Wenno.
Koordinator Wilayah (Korwil) MAFINDO Maluku, Rusda Leikawa dalam sambutannya, mengatakan, Tular Nalar merupakan program yang dedikasikan untuk memajukan literasi digital dan berpikir kritis. Dengan dukungan berkelanjutan dari Google.org, MAFINDO merasa bangga dapat berkolaborasi dengan Love Frankie, Think Policy, PERLUDEM, Ruangguru, para pakar dan aktivis literasi lainnya untuk memperluas program Tular Nalar di 38 provinsi.
“Untuk Maluku sendiri kami pengurus MAFINDO Maluku, tahun 2022 lalu sudah melakukan dua kali pelatihan untuk kelas Akademik Digital Lansia dengan target 100 orang pra lansia hingga lansia dan kelas Sekolah Kebangsaan yang sasarannya 100 anak sekolah berusia 17 tahun (calon pemilih pemula),”ungkapnya.
Rusda berharap, Sekolah Kebangsaan yang digelar MAFINDO dengan menggandeng FKIP Unpatti, kemarin, dapat meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mahasiswa terkait informasi kepemiluan dan menjadi agen literasi digital.
“Kami berharap dengan adanya pelatihan ini, peserta dapat menjadi agen literasi digital di lingkungannya masing-masing, memahami pelaksanaan Pemilu 2024 serta memahami cara melakukan pemeriksaan atau cek fakta ada informasi-informasi yang tidak jelas berseliweran di media sosial sehingga bisa menjadi pemilih kritis,”ujarnya.
Rusda juga mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada pihak FKIP Unpatti yang telah bekerja sama dengan MAFINDO Maluku dalam pelaksanaan Sekolah Kebangsaan tersebut. “Semoga ada kolaborasi lanjutan,”tandasnya.
Sementara itu, Wakil Dekan III FKIP Unpatti, Amjad Salong mengatakan, kampus merupakan tempat untuk menggodok dan melahirkan insan-insan ilmiah, tapi belum tentu berpikir dan berbicara secara ilmiah. Apalagi di era digitalisasi saat ini, informasi berkembang sangat cepat dan tanpa batas.
Kondisi ini menyebabkan warga kampus, baik mahasiswa maupun dosen rentan terpapar informasi bohong atau hoaks. Orang dengan mudah mempercayai hoaks yang berseliweran di media sosial.
“Bahkan hoaks dapat berkembangan di tengah-tengan lingkungan ilmiah. Bukan mahasiswasaja yang terpapar dengan hoaks, tapi dosen sendiri juga termakan hoaks,”ungkapnya.
Seyogianya, kata Amjad, mahasiswa dan dosen harus membaca dan meneliti sebuah informasi dengan mengecek sumbernya sebelum menyatakan informasi itu benar dan membagikan.
“FKIP juga tidak lepas dari informasi tidak benar alias hoaks. Makanya, bagi mahasiswa yang ingin demo, cek informasi dulu baru berorasi. Sebagai masyarakat ilmiah, kita harus menelusuri lebih dalam informasi yang kita dapat untuk memastikan apakah itu hoaks atau tidak,”paparnya.
Olehnya itu, dia berharap, mahasiswa yang ikut sebagai peserta mendapatkan materi yang dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang hoaks dan cara menangkalnya. “Saya berharap dengan program Tular Nalar ini bisa mengedukasi kita untuk mengenali hoaks dan sedapat mungkin mencegah agar tidak tersebar lebih luas,”pungkasnya.
Aldy, mahasiswa program studi Bahasa dan Sastra Indonesia mengaku, sangat bangga dan berterima kasih kepada MAFINDO karena dia memperoleh banyak pengetahuan baru lewat kegiatan ini.
"Materi-materi yang disampaikan luar biasa, terutama tentang penanganan hoaks yang beredar di media sosial. Itu merupakan sesuatu yang bermanfaat bagi mahasiswa atau generasi milenial saat ini, karena efek hoaks sangat berbahaya,"katanya.
Untuk diketahui, pada Sekolah Kebangsaan ini peserta dibagi menjadi 9 kelompok kecil (microteaching) dan difasilitasi oleh fasilitator Tular Nalar MAFINDO Maluku. Fasilitator memaparkan materi tentang pemilu, demokrasi, penginderaan hoaks, dan waspda sanksi dengan metode Komunikasi Antar Pribadi (KAP).
Dapatkan sekarang