12 Wajah Baru di Bursa Senator Dapil Maluku
Dari kiri-kanan: Ketua KPU Maluku Syamsul Rifan Kubangun didampingi Koordinator Divisi Penyelenggaraan Abdul Khalil Tianotak, dan Sektetaris KPU Maluku Mukmim Buamona menyampaikan arahan kepada bakal calon anggota DPD RI yang menyerahkan minimal dukungan pada hari terakhir, 29 Desember 2022 lalu.

Tajudin Buano/Ambon Ekspres
Admin
06 Jan 2023 15:15 WIT

12 Wajah Baru di Bursa Senator Dapil Maluku

AMBON, AT--Tak hanya sedikit, daftar bakal calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) daerah pemilihan Maluku untuk Pemilu 2024 juga didominasi wajah baru. Mereka akan berebut suara dengan para petahana.

Dari enam belas bakal calon senator, dua belas di antaranya merupakan pendatang baru berlatar pekerja sosial, aktivis pemuda, dosen, pengusaha, Aparatur Sipil Negara (ASN) dan politisi. Mereka adalah Ali Roho Talaohu, Samson Yasir Alkatiri, Francois Klemens  Orno, Sitti Aminah Amahoru, Abu Kasim Sangadji, H.M. Yasin Welson Lajaha, Melkias Frans, Hasanuddin Rumra, Ali La Opa, Didon Limau, Bisri As Shiddiq Latuconsina, dan Joseph Sikteubun.

Sedangkan empat senator yang masih bertugas, yakni Miratih Dewaningsih,  Nono Sampono, Novita Tuankotta dan Anna Latuconsina kembali bertarung. Semua bakal calon anggota DPD ini telah menyerahkan syarat minimal dukungan kepada KPU Maluku dan sudah memperoleh tanda terima atau dinyatakan lengkap.

Melkias Frans mengatakan, ini merupakan pengalaman pertamanya sebagai bakal calon anggota DPD. Meski telah berhasil mengumpulkan sekitar 20.000 KTP, namun operatornya hanya mampu mengunggah 2.178 ke Sistem Informasi Pencalonan (SILON) dengan penyebarannya di 11 kabupaten/kota.

Menurut mantan anggota DPRD Provinsi Maluku dua periode itu, pencalonan anggota DPD lebih sulit dari pencalonan anggota DPR.

"Selama tiga malam, operator saya 
benar-benar tidur hanya 30 menit hingga 1 jam. Jadi saya merasakan sangat sulit sekali untuk menjadi seorang calon anggota DPD RI dari pada menjadi seorang calon anggota DPR RI dari partai politik,"ungkap politisi partai Demokrat itu usai menyerahkan dukungannya ke KPU Maluku, 29 Desember 2022 lalu.

Terbuka Peluang

Sementara itu, menurut pengamat politik Universitas Pattimura Said Lestaluhu, selama pentahapan, KPU sudah menginformasikan pencalonan DPD ini dengan sosialisasi dan berbagai cara lainnya. Tapi, tetap saja peminatnya sedikit.

Sedikitnya peminat kursi DPD setidaknya, kata dia, disebabkan dua faktor. Pertama, kembalinya petahana mencalonkan diri menjadi kekhawatiran bagi kandidat lain, terutama yang telah bertarung pada pemilu sebelumnya.

"Saya melihat, kehadiran empat petahana menyebabkan semacam psikologi politik terutama bagi kandidat yang lama (calon DPD pada pemilu 2019,"jelas Said saat dihubungi Ambon Ekspres via seluler, Kamis (5/1).

Faktor kedua, lanjut Said, sebaran pemilih di Maluku yang cukup luas dan berciri kepulauan menyebabkan setiap orang yang ingin maju di gelanggan DPD harus berpikir matang.

"Sehingga membutuhkan logistik yang cukup besar. Kalau kita lihat setiap  anggota DPD terpilih, itu mereka punya jaringan logistik, modal politik serta sosial di daerah yang cukup kuat. Nah, itu faktor yang membuat calon lama tidak mau mencalonkan diri lagi,"papar dia.

Sedangkan 12 bakal calon anggota DPD pendatang baru ini, kata dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unpatti, itu tentu punya keinginan kuat mengikuti kontestasi politik yang dijamin oleh konstitusi. Namun, karena belum memiliki pengalaman, mereka harus memanfaat peluang secara maksimal untuk meraup suara.

"Rakyatlah yang menentukan. Kembali kepada strategi politik setiap kandidat untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat di pulau-pulau di Maluku,"ungkapnya.

Di sisi lain, sedikitnya kandidat justru semakin membuka peluang kemenangan bagi petahana maupun penantang baru. Sebaran dukungan suara akan menyempit sehingga mudah diidentifikasi.

"Sedikit peserta  justru semakin membuka peluang bagi semua. Kalau banyak kandidat, dukungan suara akan terpecah-pecah,"jelasnya.

Olehnya itu, kata dia, para kandidat pemula ini harus fokus mengidentifikasi basis tradisional mereka untuk diakumulasikan menjadi suara.

"Karena kalau mereka ingin menjangkau semua tipologi pemilih di semua kabupaten/kota itu membutuhkan logistik yang sangat besar,"pungkasnya. (TAB)

Dapatkan sekarang

Ambon Terkini, Ringan dan cepat
0 Disukai
Lihat Juga